Nadia-Nadine

4/16/2009

Namaku Nadia, saat ini aku berumur 16 tahun dan tanggal 29 Oktober nanti aku akan menginjak usia ke 17. Oh ya, tentu saja.. aku tidak boleh melupakan bahwa tidak hanya aku yang akan menginjak usia 17 tanggal 29 Oktober nanti. Aku mempunyai seorang saudara kembar perempuan bernama Nadine. Mungkin bagi sebagian orang mempunyai saudara kembar adalah sesuatu yang menyenangkan, suatu anugerah yang tidak didapat oleh semua orang. Tapi bagiku, hal ini merupakan mimpi buruk! Aku tidak tahu kapan tepatnya aku dan saudara kembarku itu mulai bersaing. Sepanjang ingatanku kami selalu memperebutkan sesuatu baik itu penting atau tidak dari hal kecil sampai besar, walaupun seringkali Nadine yang berusaha bersikap dewasa dan mengalah. Aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ku lakukan untuk menyingkirkan Nadine. Setiap aku bersama Nadine aku selalu merasa di nomor duakan. Oh Tuhan..Ingin rasanya aku mengenyahkan saudariku itu. Di mataku ia selalu tampak salah. Dasar anak sok manis! Sukanya mencari perhatian orang.


Saat ini bulan Juni. Raport baru saja dibagikan, dan dapat dipastikan bahwa Nadine mendapat juara pertama di kelas dan aku… tentu saja ke dua!


“Kalian memang pintar. Nilai-nilai kalian bagus-bagus, apalagi Nadine. Kamu mau hadiah apa dari mama, sayang?” Mama memang memuji kami berdua tapi kelihatan sekali bahwa mama hanya bangga pada Nadine


“Loh ma..masa aku ga dikasih hadiah juga?! Aku kan juga dapat nilai bagus.” Aku memprotes mama dengan nada sedikit iri.


“Iya, nilai Dia juga bagus..tapi kan yang dapat juara satu Nadine. Nanti juga kalo Dia juara satu mama kasih hadiah.” Ya, ya, ya aku seharusnya sudah tau kalau mama pasti akan membela Nadine. Uugh.


“Ahh..mama ga adil sama aku.” Aku langsung cemberut dan seketika itu juga moodku langsung berubah jelek.


“Ga usah ma. Aku ga mau hadiah kok.” Tiba-tiba Nadine menengahi kami dan tersenyum kepadaku. Tapi tetap saja aku kesal. “Oh ya ma..akhir minggu ini. Boleh tidak aku pergi ke pesta ulang tahun temanku? Nadia juga ikut ma. Kita berdua akan pergi bersama.” Nadine, dengan nada suaranya yang merayu. Sudah kupastikan mama pasti akan mengizinkan kami pergi.


“Iya, mama pasti mengizinkan. Sebaiknya kalian memakai gaun yang sa..”


“Nggak ma. Aku ga ikut!” Sahutku dengan sinis dan segera masuk kamar


“Nadia! Kalo orang tua lagi ngomong jangan asal dipotong dong! Aduh!” Samar-samar aku mendengar mama mengomel, tapi aku tidak peduli. Mama kan ga sayang sama aku.


****

“Hmpf..apa sih enaknya pesta?? Buang-buang uang.” Umpatku sesampainya di kamar. Aku tidur dengan posisi telentang dengan tangan yang terentang. Aku merasa mataku panas dan pandanganku mulai kabur. “Aduuuhhh ga boleh cengeng!” aku langsung menghapus air mataku sendiri. Mataku menerawang jauh. Sebenarnya, bukan karena buang-buang uang aku jadi membenci pesta. Aku merasa tiap pergi ke pesta bersama Nadine, pasti selalu Nadine yang dipuji-puji. ‘Nadine ramah’, ‘Nadine cantik’, ‘Wah Nadine baik’. Sedangkan aku yang berada di sampingnya seolah-olah hanya menjadi bayangannya saja.


“Uughh..!!” Erangku tiba-tiba. Aku selalu merasa kesal tiap disbanding-bandingkan dengan Nadine. Aku tidak akan pergi ke pesta bersama Nadine! Tidak akan pernah!


****

Akhirnya, tiba juga hari Sabtu. Tapi aku tetap tidak akan pergi.


‘Kriing..Kriing..’ Ah, siapa yang menelfonku pagi-pagi begini?! Lalu dengan malas aku bangkit dan mengangkat ponselku tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang menelfonku. “Ha..lo?” Suara ku masih serak karena baru bangun tidur.


“Ya, halo Nadia? Yaampun Nad, lo baru bangun jam segini?? Aduuh..lo ga siap-siap buat nanti malem?” Haduuh..Zasha. Harusnya aku tahu kalau dia akan membangunkanku dan menanyakan rencana ke pesta ulang tahun Anyo.


“Aduh Sa..ini ni baru jam 10 pagi..ya jelas lo ganggu waktu tidur gw.” Jawabku kesal. Zasha memang satu-satunya sahabat yang kupunya. Aku tidak punya banyak teman. Kadang-kadang ia memang suka bersikap mengesalkan seperti ini. Tapi aku sangat sayang pada sahabatku ini.


“Ya udah. Maaf deh Nad..hehe. Tapi lo bangun dong, lo ikut kan nanti malem?”


“Oh, ke ulang tahunnya Anyo? Mmm, eh, gw enggak ikut Sa.”


“Duh..selalu aja begini tiap Nadine ada lo jadi ga semangat gini. Udah ikut aja deh!” Zasha dengan antusias memaksaku.


“Beneran deh Sa, males banget gw. Mau lo paksa gimana juga ga bakal mau gw.”


Akhirnya setelah beberapa menit Zasha menyerah juga untuk membujukku dan dia membatalkan niatnya untuk pergi. “Yaampun Sa, harusnya lo gausah sampe ga ikut gitu Cuma gara-gara gw.” Aku benar-benar merasa tidak enak dengan Zasha tapi aku tidak mungkin mengubah keputusanku.


“Gapapa lah Nad. Gw juga males kalo lo ga ikut” Aku mendengar ada sedikit rasa kecewa di dirinya. Maaf ya Sa.


****

Akhirnya sepanjang Sabtu itu ku habiskan dengan mengurung diriku dikamar. Aku tidur sepanjang hari dan merasa sangat malas untuk melakukan hal-hal lain.


“Ma aku berangkat ya!!”

Hoam..aku terbangun mendengar teriakan Nadine. Oh iya, sudah jam 7 malam..Pasti Nadine sudah mau berangkat. Hmm..aku pasti sudah tidur lama sekali sampai-sampai…..


‘Kruuk..kruuk..’


“Lapar.” Dengan secepat kilat aku keluar dari kamarku untuk makan malam.

Baru saja aku sampai di ruang keluarga. Aku langsung terperangah. Di depan mataku, Nadine memakai dress hitam halter neck dan backless dengan pita besar di belakang. Rambutnya yang panjang dan agak keriting sepertiku telah ditata rapi dan disematkan jepit mutiara. Hmm..cantik.


“Dia, kamu bener ga mau ikut nih?? Aku bias kok nunguin kamu sebentar untuk siap-siap kalo kamu mau ikut. Nanti biar temen-temen aku suruh berangkat duluan.” Duh, basa-basi ya Din?? Hah.


“Nggak ga usah. Nanti kamu malah nyesel lagi telat dating ke pesta. Udah sana pergi aja.” Ujarku acuh sambil pergi ke dapur.


“Yaudah deh aku pamit dulu. Aku pergi ya ma.”


“Iya..jangan lupa jam 11 malam ya sayang?” Mama mengingatkan Nadine.


****

Kami sekeluarga, aku, mama dan papa sedang berada di ruang keluarga ketika telfon berbunyi.


‘kriing..kriing..’


“Biar mama yang angkat.” Mama langsung melonjak dari sofa dan dengan cepat menyambar gagang telefon. Mama memang orang yang dari tadi palin panic. Terang saja. Mama member batas sampai jam 11 malam untuk Nadine, tapi sudah lewat tengah mala mini, Nadine belum pulang juga.


“Halo?? Halo??” Mama membuka pembicaraan. Lalu tiba-tiba raut muka mama berubah menjadi panic dan seketika itu juga mama pingsan.


to be continue..



You Might Also Like

8 comments

Like us on Facebook

Flickr Images