Nadia-Nadine part 2

5/01/2009

Nadine kecelakaan. Keadaannya sangat parah. Dua dari lima orang yang bersamanya di dalam mobil meninggal di tempat. Tiga lainnya termasuk Nadine masih memperjuangkan nyawa mereka. Aku benar-benar bingung. Aku benar-benar tidak mau kehilangan Nadine. Walaupun aku sangat membencinnya. Tapi sepertinnya tidak pantas rasannya aku berkata seperti itu setelah aku melihat keadaannya yang benr-benar mengenaskan. Kepalannya terbentur sangat keras dan mengalami luka parah. Rambutnya yang hitam indah lengket dan menggumpal terkena darah yang kental. Kulit kepalanya terkelupas. Aku benar-benar shock dan tidak bisa berkata apa-apa selain berdoa dalam hati untuk kesembuhan Nadine. Kami semua sangat berharap Dokter dapat mempertahankan nyawa Nadine..

****

Setelah beberapa hari, akhirnya Nadine dapat pulang ke rumah. Sungguh keajaiban bagi kami dapat melihat Nadine kembali.

“Kejutaaaannnnnn…..!!!!!” Teriakku beserta teman-teman ku dan Nadine sesaat setelah Nadine melangkah masuk ke dalam rumah. Aku memang sudah merencanakan pesta penyambutan kepulangan Nadine ini. Aku tahu Nadine pasti akan senang. Apalagi aku mengundang hampir semua teman-teman Nadine.

“Apa-apaan kalian??! Ini pasti ulahmu, Nadia!! Uurgh aku benci kamu.” Tiba-tiba dengan emosi yang meluap-luap dan mata yang berkaca-kaca, Nadine memerahiku dan langsung masuk kamar. Hey, ada apa ini? Aku bingung.

Seketika itu juga ruangan sunyi. Aku dan yang lainnya hanya berdiri terpaku tak bergerak. Tak berapa lama kemudian, mama berlari mengejar Nadine yang telah lebih dahulu berlari ke kamarnya. Aku menatap papa. Papa hanya mengerutkan dahi sambil menampakkan ekspresi heran dan tidak tahu. Aku benar-benar tidak manyengka akan begini jadinya.

“Mm..ma..maaf teman-teman. Aku rasa sebaiknya kalian semua pulang ke rumah kalian masing-masing.” Aku terbata-bata karena masih shock. Ada apa sebenarnya? Ini benar-benar diluar dugaan ku.

“Sudahlah, mungkin Nadine masih merasa sedikit pusing tadi. Nanti juga baik sendiri.”

“iya, mungkin pa.” Aku langsung membereskan bekas-bekas pesta.

****

Saat makan malampun, Nadine tidak ikut makan bersama yang seperti biasa kami lakukan. Aku mengaduk-aduk makananku dan menghentak-hentakkan sendok dan garpuku ke piring dengan gelisah. “Sebentar mama pangilkan Nadine untuk makan malam ya.” Tiba-tiba mama memecah suasana.

“Jangan ma..biar aku saja yang mengantarkan makan malamnya ke kamarnya. Boleh kan ma?” Aku bertanya ragu-ragu

“Iya, boleh. Tapi jangan terlalu memaksa dia ya sayang. Dia masih sedikit terguncang setelah kecelakaan itu jadi dia sedikit sensitive.” Tanpa piker panjang aku langsung menyiapkan makanan untuk Nadine dan cepat-cepat membawannya ke kamar Nadine.

‘Tok..tok..tok..’

“Din, ini aku Nadia. Apa aku boleh masuk?”

“Iya” Sahut Nadine dengan suaranya yang sedikit serak dan terdengar lemah.

Kulihat Nadine sedang duduk bersandar di tempat tidurnya. Ia memberikan sebuah senyuman kepadaku. Aku masih berdiri di depan pintu. Aku merasa sangat bersalah. “Maafkan aku tadi siang ya din..aku tak bermaksut”

“Tidak, tidak apa-apa.” Nadine tersenyum lagi sambil menghentak-hentakkan tangannya di sebelah tempat ia duduk untuk member isyarat agar aku duduk di sampingnya. Akupun langsung merasa lega dan duduk di sebelahnya.

“Ini aku bawakan makan malam buat kamu.” Aku menyodorkan makanan yang telah aku siapkan. “Jangan lupa minum obat juga nih din.” Aku tersenyum.

“Makasih ya Dia. Maafin aku ya tadi siang. Harusnya aku yang minta maaf sama kamu bukan kamu yang minta maaf ke aku..hehe. Aku..aku..aku sebenarnya malu sama teman-teman karena keadaanku sekarang. Aku jelek. Kepalaku botak dan penuh jahitan.” Mata Nadine mulai berkaca-kaca dan mengeluarkan air mata. Seketika itu juga aku langsung memeluk Nadine.

“Din, kamu ga boleh bilang begitu. Siapa bilang kamu jelek? Ehm, siapa bilang kita jelek..hhaha.” Aku menghiburnya. Tanpa terasa aku ikut menangis bersamanya.

“Hahahahaha..hiks..hiks..” Nadine menangis sambil tertawa. “Terima kasih ya Dia, kamu udah repot-repot ngehibur aku. Tapi rasannya aku benar-benar malu. Aku sudah memutuskan untuk home schooling. Jadi, aku gak perlu ngerepotin kamu kan.” Aku langsung tercekat. Ruangan sunyi senyap. Nadine masih menangis di pundakku, sedangkan aku tak bisa berkata apa-apa.

*****

Setelah seminggu berlalu. Nadine telah pulih dan siap menjalani aktivitas sehari-hari dengan normal. Aku kira ia akan mengubah pikirannya dan kembali ke sekolah seperti biasa. Tapi ternyata dugaanku salah. Ia tetap memutuskan untuk berhenti sekolah di sekolah umum. Ia benar-benar seperti orangyang kehilangan semangat hidup. Sepanjang jam pelajaran di sekolahpun akhirnya aku terus memikirkan Nadine. Konsentrasiku terpecah belah. Aku merasa sangat kehilangan Nadine di sekolah.

Akhirnya, saat pulang sekolah…

“NADINE..!!!” Aku berlari memasuki rumah dan langsung menuju ke kamar Nadine. Nafasku tersengal-sengal ketika aku baru sampai di kamarnya. Tentu saja karena aku berlari sepanjang perjalananku pulang dari sekolah.

“NADIA..??!” Nadine setengah berteriak ketika melihatku. Ia terperangah, shock dengan
‘penampilan baruku’.

“Sekarang, kamu harus mau kembali ke sekolah lagi. Karena kamu dan aku sekarang benar-benar kembar!” Aku tersenyum lebar sekarang memperlihatkan sebaris gigiku.

“Tunggu..tunggu..hhaha..Apa yang kamu lakukan sebenarnya??” Nadine bertanya kepadaku dengan mimic terheran-heran.

“Ya..seperti yang kamu lihat Din. Aku mencukur habis rambutku tadi sepulang sekolah. Sekarang kamu tidak boleh malu lagi karena kepalamu botak! Hahaha”

Nadine cemberut..Lalu tersenyum manis. “Iya, besok aku masuk sekolah.” Sahutnya dengan yakin.

*****

Keesokan harinya, aku dan Nadine memasuki gerbang sekolah sambil berpegangan tangan. Tangan Nadine terasa dingin dan berkeringat karena tegang.

“Tidak apa-apa Din..semua akan berjalan dengan baik.” Aku menyemangati Nadine.

Setelah sampai di ruang kelas, teman-teman langsung menyambut kedatangan Nadine. Mereka sangat terkejut dengan kedatangan Nadine yang tiba-tiba dan tentu saja mereka terkejut melihat penampilan kami. Tidak ada yang menertawakan kami ataupun mengejek kami. Tiba-tiba mereka semua berkerumun dan memeluk Nadine. Kulihat Nadine tersenyum bahagia. Senyum yang telah lama hilang setelah kecelakaan tersebut. Akupun merasa sangat bahagia. Aku berjanji akan terus menyayangi Nadine.

Sejak saat itulah aku menyadari bahwa selama ini aku selalu memandang kehidupanku dari sudut pandang negatifku. Aku selalu mencari-cari kesalahan orang lain dan merasa hanya diriku yang benar. Aku sadar betapa berharganya Nadine, keluargaku, teman-teman, dan orang-orang di sekelilingku. Aku tidak akan pernah menoleh ke belakang. Aku mengangap masa laluku sebagai pelajaran yang berharga. Aku tidak akan mengulang kesalahanku lagi.

Fin

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images